Rabu, 07 Oktober 2015

TUGAS SOFTSKIL PERILAKU KONSUMEN

      1.Apa yang dimaksud dengan perilaku konsumen
Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian,penggunaan,serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian.Untuk barang berharga jual rendah (low-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.
      2. Segmentasi pasar
          Segmentasi pasar adalah pengelompokkan pasar menjadi kelompok-kelompok konsumen yang           homogen, dimana tiap kelompok (bagian) dapat dpilih sebagai pasar yang dituju (ditargetkan)             untuk pemasaran suatu produk. Agar segmentasi pasar atau pengelompokkan pasar dapat                     berjalan dengan efektif maka harus memenuhi syarat-syarat pengelompokkan pasar sebagai                 berikut :
          1. Measurability, yaitu ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu pembeli harus dapat diukur atau dapat               didekati.
          2. Accessibility, yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dapat secara efektif memusatkan                   (mengarahkan) usaha pemasarannya pada segmen yang telah dipilih.
         3. Substantiability, yaitu segmen pasar harus cukup besar atau cukup menguntungkan untuk                 dapat dipertimbangkan program-program pemasarannya.

3    3.   Segmentasi dan kepuasaan konsumen

Menurut Philip Kotler dalam bukunya Principle of Marketing, kepuasan konsumen adalah  hasil yang dirasakan oleh pembeli yang mengalami kinerja sebuah perusahaan yang sesuai dengan harapannya. Kepercayaan konsumen merupakan hal yang ingin di dapat setiap perusahaan dari para konsumennya.
Macam-macam atau Jenis kepuasan konsumen
Kepuasan konsumen terbagi menjadi 2 :
a. Kepuasan Fungsional, merupakan kepuasan yang diperoleh dari fungsi atau pemakaian suatu produk. Misal : karena makan membuat perut kita menjadi kenyang.
b. Kepuasan Psikologikal, merupakan kepuasan yang diperoleh dari atribut yang bersifat  tidak berwujud. Misal : Perasaan bangga karena mendapat pelayanan yang sangat istimewa dari sebuah rumah makan yang mewah

Menurut Fandy Tjiptono (1997:35), metode yang digunakan untuk mengukur kepuasan konsumen dapat dengan cara :
a.    Pengukuran dapat dilakukan secara langsung dengan pertanyaan
b.    Responden diberi pertanyaan mengenai seberapa besar mereka mengharapkan suatu  atribut tertentu dan seberapa besar yang dirasakan.
c. Responden diminta untuk menuliskan masalah yang mereka hadapi berkaitan dengan  penawaran dari perusahan dan juga diminta untuk menuliskan masalah-masalah yang  mereka hadapi berkaitan dengan penawaran dari perusahaan dan juga diminta untuk  menuliskan perbaikan yang mereka sarankan
d. Responden dapat diminta untuk meranking berbagai elemen dari penawaran  berdasarkan derajat pentingnya setiap elemen dan seberapa baik kinerja perusahan dalam masing-masing elemen.
4   4. Penggunaan segmentasi dalam strategi pemasaran
Agar segmen pasar dapat bermanfaat maka harus memenuhi beberapa karakteristik, diantaranya:
A.     Measurable, yaitu ukuran, daya beli, dan profil segmen harus dapat diukur meskipun ada beberapa variabel yang sulit diukur.
B.     Accessible, yaitu segmen pasar harus dapat dijangkau dan dilayani secara efektif.
C.     Substantial, yaitu segmen pasar harus cukup besar dan menguntungkan untuk dilayani
D.    Differentiable, yaitu segmensegmen dapat dipisahkan secara konseptual dan memberikan tanggapan yang berbeda terhadap elemenelemen dan bauran pemasaran yang berbeda.
E.      Actionable, yaitu program yang efektif dapat dibuat untuk menarik dan melayani segmensegmen yang bersangkutan.
5    5. Analisis konsumen dan kebijakan sosial
Analisis konsumen berguna untuk melihat bagaimana konsumen mengambil keputusan dan peran pemasaran di dalamnya. Proses pengambilan keputusan yang dilakukan seseorang mengalami berbagai tahapantahapan sebagai berikut:
·         Analisis Kebutuhan.
Konsumen merasa bahwa dia membutuhkan sesuatu untuk memenuhi keinginannya. Kebutuhan itu bisa dibangkitkan oleh dirinya sendiri ataupun stimulus eksternal. Stimulus bisa melalui lingkungan bergaul, sesuatu yang dilihat, ataupun dari komunikasi produk atau jasa perusahaan lewat media massa, brosur, dan lainlain.
·         Pencarian Informasi. Setelah kebutuhan itu dirasakan, konsumen kemudian mencari produk ataupun jasa yang bisa memenuhi kebutuhannya.
·         Evaluasi Alternatif. Konsumen kemudian mengadakan evaluasi terhadap berbagai alternatif yang tersedia mulai dari keuntungan dan manfaat yang dia peroleh dibandingkan biaya yang harus ia keluarkan.
·         Keputusan Pembelian. Konsumen memutuskan untuk membeli merek tertentu dengan harga tertentu, warna tertentu.
·         Sikap Paska Pembelian. Sikap paska pembelian menyangkut sikap konsumen setelah membeli produk ataupun mengkonsumsi suatu jasa. Apakah dia akan puas dan terpenuhi kebutuhannya dengan produk atau jasa tersebut atau tidak.
6    6. Proses kebutuhan membeli
Sebelum dan sesudah melakukan pembelian, seorang konsumen akan melakukan sejumlah proses yang mendasari pengambilan keputusan, yakni :
·Pengenalan masalah (problem recognition). Konsumen akan membeli suatu produk sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapinya.
·Pencarian informasi (information source). Setelah memahami masalah yang ada, konsumen akan termotivasi untuk mencari informasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada melalui pencarian informasi
·Mengevaluasi alternatif (alternative evaluation). Setelah konsumen mendapat berbagai macam informasi, , konsumen akan mengevaluasi alternatif yang ada untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya.
·Keputusan pembelian (purchase decision). Setelah konsumen mengevaluasi beberapa alternatif strategis yang ada, konsumen akan membuat keputusan pembelian.
·Evaluasi pasca pembelian (post-purchase evaluation).merupakan proses evaluasi yang dilakukan konsumen tidak hanya berakhir pada tahap pembuatan keputusan pembelian.
Menurut Kotler dan Armstrong (1996) terdapat dua faktor dasar yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu :
·  Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang meliputi pengaruh keluarga, kelas sosial, kebudayaan, marketing strategy, dan kelompok referensi. Kelompok referensi merupakan kelompok yang memiliki pengaruh langsung maupun tidak langsung pada sikap dan prilaku konsumen. Kelompok referensi mempengaruhi perilaku seseorang dalam pembelian dan sering dijadikan pedoman oleh konsumen dalam bertingkah laku. 
·  Faktor internal
Faktor-faktor yang termasuk ke dalam faktor internal adalah motivasi, persepsi, sikap, gaya hidup, kepribadian dan belajar. Belajar menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang individu yang bersumber dari pengalaman. Seringkali perilaku manusia diperoleh dari mempelajari sesuatu.
Pendekatan untuk mempelajari perilaku konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang
1.    Pendekatan Kardinal Menurut pendekatan kardinal kepuasan seorang konsumen diukur dengan satuan kepuasan (misalnya:uang). Setiap tambahan satu unit barang yang dikonsumsi akan menambah kepuasan yang diperoleh konsumen tersebut dalam jumlah tertentu. Semakin besar jumlah barang yang dapat dikonsumsi maka semakin tinggi tingkat kepuasannya. Konsumen yang rasional akan berusaha untuk memaksimalkan kepuasannya pada tingkat pendapatan  yang dimilikinya. Besarnya nilai kepuasan akan sangat bergantung  pada individu (konsumen) yang bersangkutan.

2.    Pendekatan Ordinal ; Dalam Pendekatan Ordinal daya  guna  suatu barang tidak  perlu diukur, cukup untuk diketahui dan konsumen mampu membuat urutan tinggi rendahnya daya guna yang diperoleh dari mengkonsumsi sekelompok barang.
7    7. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemecahan masalah
1. Masalah Sederhana (Simple Problem) Corak / Jenis Masalah
- Ciri : Berskala besar , tidak berdiri sendiri (memiliki kaitan erat dengan masalah lain ), mengandung         konsekuesi besar , pemecahannya memerlukan pemikiran yang tajam dan analitis.
- Scope : Pemecahan masalah dilakukan secara kelompok yang melibatkan pimpinan dan segenap staf pembantunya.
- Jenis : Masalah yang terstruktur (Structured problems) dan masalah yang tidak terstruktur (Unstructured problems).

2. Masalah rumit (Complex Problems) Corak / Jenis Masalah
- Definisi : Masalah yang jelas faktor penyebabnya , bersifat rutin dan biasanya timbul berulang kali sebagai pemecahannya dapat dilakukan dengan teknik pengambilan keputusan yang bersifat rutin, repetitif & dibakukan.
- Contoh : Penggajian, kepangkatan dan pembinaan pegawai , masalah perijinan , dsb
- Sifat pengambilan keputusan : Relatif lebih mudah atau cepat, salah satu caranya dengan penyusunan metode / prosedur/ program tetap (SOP) .

3. Masalah yang tersrtuktur
- Definisi : Penyimpangan dari masalah organisasi yang bersifat umum, tidak rutin, tidak jelas faktor penyebab dan konsekuensinya . serta tidak repetitif kasusnya.
- Sifat pengambilan keputusan : Relatif lebih sulit dan lama, diperlukan teknik PK yang bersifat non-programmed decision-making.

4. Masalah yang tidak Terstuktur

Pendefinisian Masalah yang baik
- Fakta dipisahkan dari opini atau spekulasi . Data objektif dipisahkan dari persepsi .
- Semua pihak yang terlibat diperlakukan sebagai sumber informasi.
- Masalah harus dinyatakan secara eksplisit / tegas , untuk menghindarkan dari pembuatan definisi yang tidak jelas.
- Definisi yang dibuat harus menyatakan dengan jelas adanya ketidak sesuaian antara standar atau harapan yang telah di tetapkan sebelumnya dan kenyataan yang terjadi.
- Definisi yang dibuat harus menyatakan dengan jelas , pihak pihak yang terkait ataub berkepentingan dengan terjadinya masalah .
- Definisi yang dibuat bukanlah seperti sebuah solusi yang samar. Contoh masalah yang kita hadapi adalah melatif staf yang bekerja lamban.
       8. Membedakan antara keputusan membeli yang direncanakan sepenuhnya, tidak                 direncanakan dan pembelian yang direncanakan sebagian

           ·         Pembelian yang direncanakan: biasanya terjadi berdasarkan kebutuhan,
                   artinya si konsumen memang membutuhkan barang-barang tertentu.
           ·         Pembelian yang tidak direncanakan : terjadi karena konsumen melihat
                   atau merasakan manfaat lain dari manfaat utama produk yang mereka beli.



MEMBUAT TULISAN BEBAS

                                             KABAKARAN HUTAN











Helda Ernawati
3EA14
13213995







KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT yang telah melimpahkan ilmu Shalawat serta semoga tercurah kepada Rasul beserta keluarganya.
Saya mencoba membuat tulisan yang berjudul “ Akibat Kabut Asap, Penderita ISPA di Riau Meningkat “.
Dalam menyusun tulisan ini saya menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan sebab pengetahuan dan pengalaman yang di miliki terbatas ,cukup banyak tantangan dan hambatan yang saya temukan dalam menyusun tulisan ini.
Akhir kata ,semoga tulisan saya ini dapat bermanfaat bagi saya khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.



             Jakarta, 07 Oktober 2015


Penulis
Helda Ernawati








BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu Negara tropis yang memiliki wilayah hutan terluas di dunia setelah Brazil dan Zaire. Hal ini merupakan suatu kebanggaan bagi bangsa Indonesia, karena dilihat dari manfaatnya sebagai paru-paru dunia, pengatur aliran air, pencegah erosi dan banjir serta dapat menjaga kesuburan tanah. Selain itu,  hutan  dapat memberikan manfaat ekonomis sebagai penyumbang devisa bagi kelangsungan pembangunan di Indonesia. Karena itu pemanfaatan hutan dan perlindungannya telah diatur dalam UUD 45, UU No. 5 tahun 1990, UU No 23 tahun 1997, UU No. 41 tahun 1999, PP No 28 tahun 1985 dan beberapa keputusan Menteri Kehutanan serta beberapa keputusan Dirjen PHPA dan Dirjen Pengusahaan Hutan.
Hutan yang seharusnya dijaga dan dimanfaatkan secara optimal dengan memperhatikan aspek kelestarian kini telah mengalami degradasi dan deforestasi yang cukup mencenangkan bagi dunia Internasional, faktanya Indonesia mendapatkan rekor dunia guiness yang dirilis oleh Greenpeace sebagai negara yang mempunyai tingkat laju deforestasi tahunan tercepat di dunia, Sebanyak 72 persen dari hutan asli Indonesia telah musnah dengan 1.8 juta hektar hutan dirusakan per tahun antara tahun 2000 hingga 2005, sebuah tingkat kerusakan hutan sebesar 2% setiap tahunnya.
Hal ini dikarenakan pengelolaan dan pemanfaatan hutan selama ini tidak memperhatikan manfaat yang akan diperoleh dari keberadaan hutan tersebut, sehingga kelestarian lingkungan hidup menjadi terganggu. Penyebab utama kerusakan hutan adalah kebakaran hutan. Kebakaran hutan  terjadi  karena manusia yang menggunakan api dalam upaya pembukaan hutan untuk Hutan Tanaman Industri (HTI), perkebunan, dan pertanian. selain itu, kebakaran didukung oleh pemanasan global, kemarau ekstrim yang seringkali dikaitkan dengan pengaruh iklim memberikan kondisi ideal untuk terjadinya kebakaran hutan.









BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Hutan
Hutan adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan (Undang undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan). Sedangkan menurut  Ensiklopedia Indonesia, hutan  adalah suatu areal yang dikelola untuk produksi kayu dan hasil hutan lainnya dipelihara bagi keuntungan tidak langsung atau dapat pula bahwa hutan sekumpulan tumbuhan yang tumbuh bersama.
Pemanfaatan sekaligus perlindungan hutan di Indonesia diatur dalam UUD 45, UU No. 5 tahun 1990, UU No 23 tahun 1997, UU No. 41 tahun 1999, PP No 28 tahun 1985 dan beberapa keputusan Menteri Kehutanan serta beberapa keputusan Dirjen PHPA dan Dirjen Pengusahaan Hutan. Menurut beberapa peraturan tersebut,hutan merupakan sumberdaya alam yang tidak ternilai karena didalamnya terkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah, sumber hasil hutan kayu dan non-kayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta kesuburan tanah, perlindungan alam hayati untuk kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan, rekreasi, pariwisata dan sebagainya.
2.2  Hutan di Indonesia
Luas hutan di Indonesia berkisar 122 juta hektar, yang persebarannya di Pulau Jawa hanya sekitar 3 juta Ha, terdiri atas 55% hutan produksi dan 45% hutan lindung. Persebaran hutan di Indonesia kebanyakan berjenis hutan hujan tropis yang luasnnya mencapai 89 juta hektar. Daerah-daerah hutan hujan tropis antara lain terdapat di pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa Barat, Sulawesi Utara, dan Irian. Hutan hujan tropis anggotanya tidak pernah menggugurkan daun, liananya berkayu, pohon-pohonnya lurus dapat mencapai rata-rata 30 meter.
2.3  Manfaat Hutan di Indonesia
2.3.1        Kekayaan Keanekaragaman Hayati yang Tinggi sebagai Paru-paru Dunia Jamur dan bakteri tersebut dapat membantu proses pembusukan pada hewan dan tumbuhan secara cepat. Dengan demikian hutan hujan tropika tidak saja ditandai dengan pertumbuhan yang baik tetapi juga tempat pembusukan yang baik. Keanekaragaman hayati ditandai dengan kekayaan spesies yang dapat mencapai sampai hampir 1.400 spesies, Brasil tercatat mempunyai 1.383 spesies. Di daerah tropika tumbuhan berkayu mempunyai dominasi yang lebih besar daripada daerah lainnya.
2.3.2        Hutan Sebagai Pengatur Aliran Air
Penguapan air ke udara hingga terjadi kondensasi di atas tanah yang berhutan antara lain disebabkan oleh adanya air hujan, dengan ditahannya (intersepsi) air hujan tersbut oleh tajuk pohon yang terdiri dari lapisan daun, dan diuapkan kembali ke udara. Sebagian lagi menembus lapisan tajuk dan menetes serta mengalir melalui batang ke atas permukaan serasah di hutan.
2.3.3        Pencegah Erosi dan Banjir
Erosi dan banjir adalah akibat langsung dari pembukaan dan pengolahan tanah terutama di daerah yang mempunyai kemiringan permukaan bumi atau disebut juga kontur yang curam. Keduanya dapat bersumber dari kawasan hutan maupun dari luar kawasan hutan, misalnya perkebunan, tegalan, dan kebun milik rakyat.
2.3.4        Menjaga Kesuburan Tanah
Kesuburan tanah sebagian besar dalam bentuk mineral, seperti unsur-unsur Ca, K, N, P, dan lainnya, disimpan pada bagian dari vegetasi yang ada di atas tanah, misalnya pada batang, dahan, ranting, daun, bunga, buah, dan lain-lain. Dengan demikian dengan adanya kerapatan hutan pada hutan tropika dapat menjaga kesuburan tanah.
2.4  Kerusakan Hutan di Indonesia
Kerusakan hutan (deforestasi) masih tetap menjadi ancaman di Indonesia. Menurut data laju deforestasi (kerusakan hutan) periode 2003-2006 yang dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan, laju deforestasi di Indonesia mencapai 1,17 juta hektar pertahun.Bahkan jika melihat data yang dikeluarkan oleh State of the World’s Forests 2007 yang dikeluarkan The UN Food & Agriculture Organization (FAO), angka deforestasi Indonesia pada periode 2000-2005 1,8 juta hektar/tahun. Laju deforestasi hutan di Indonesia ini membuat Guiness Book of The Record memberikan ‘gelar kehormatan’ bagi Indonesia sebagai negara dengan daya rusak hutan tercepat di dunia.
Dari total luas hutan di Indonesia yang mencapai 180 juta hektar, menurut Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan (Menteri Kehutanan sebelumnya menyebutkan angka 135 juta hektar) sebanyak 21 persen atau setara dengan 26 juta hektar telah dijarah total sehingga tidak memiliki tegakan pohon lagi. Artinya, 26 juta hektar hutan di Indonesia telah musnah. Selain itu, 25 persen lainnya atau setara dengan 48 juta hektar juga mengalami deforestasi dan dalam kondisi rusak akibat bekas area HPH (Hak Penguasaan Hutan). Dari total luas hutan di Indonesia hanya sekitar 23 persen atau setara dengan 43 juta hektar saja yang masih terbebas dari deforestasi (kerusakan hutan) sehingga masih terjaga dan berupa hutan primer.
Laju deforestasi hutan di Indonesia paling besar disumbang oleh kegiatan industri, terutama industri kayu, yang telah menyalahgunakan HPH yang diberikan sehingga mengarah pada pembalakan liar. Penebangan hutan di Indonesia mencapai 40 juta meter kubik per tahun, sedangkan laju penebangan yang sustainable (lestari berkelanjutan) sebagaimana direkomendasikan oleh Departemen Kehutanan menurut World Bank adalah 22 juta meter kubik meter per tahun. Penyebab deforestasi terbesar kedua di Indonesia, disumbang oleh pengalihan fungsi hutan (konversi hutan) menjadi perkebunan. Konversi hutan menjadi area perkebunan (seperti kelapa sawit), telah merusak lebih dari 7 juta ha hutan sampai akhir 1997.
Deforestasi (kerusakan hutan) memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat dan lingkungan alam di Indonesia. Kegiatan penebangan yang mengesampingkan konversi hutan mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan yang pada akhirnya meningkatkan peristiwa bencana alam, seperti tanah longsor dan banjir.
Dampak buruk lain akibat kerusakan hutan adalah terancamnya kelestarian satwa dan flora di Indonesia utamanya flora dan fauna endemik. Satwa-satwa endemik yang semakin terancam kepunahan akibat deforestasi hutan misalnya lutung jawa (Trachypithecus auratus), dan merak (Pavo muticus), owa jawa (Hylobates moloch), macan tutul (Panthera pardus), elang jawa (Spizaetus bartelsi), merpati hutan perak (Columba argentina), dan gajah sumatera (Elephant maximus sumatranus).
2.5  Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan merupakan salah satu penyebab kerusakan hutan yang memiliki dampak negatif.  Kebakaran hutan, kebakaran vegetasi, atau kebakaran semak, adalah sebuah kebakaran yang terjadi di alam liar, tetapi juga dapat memusnahkan rumah-rumah dan lahan pertanian disekitarnya. Selain itu, kebakaran hutan dapat didefinisikan sebagai pembakaran yang tidak tertahan dan menyebar secara bebas dan mengonsumsi bahan bakar yang tersedia di hutan,antara lain terdiri dari serasah, rumput, cabang kayu yang sudah mati, dan lain-lain. Istilah Kebakaran hutan di dalam Ensiklopedia Kehutanan Indonesia disebut juga Api Hutan. Selanjutnya dijelaskan bahwa Kebakaran Hutan atau Api Hutan adalah Api Liar yang terjadi di dalam hutan, yang membakar sebagian atau seluruh komponen hutan. Dikenal ada 3 macam kebakaran hutan, Jenis-jenis kebakaran hutan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      Api Permukaan atau Kebakaran Permukaan yaitu kebakaran yang terjadi pada lantai hutan dan membakar seresah, kayu-kayu kering dan tanaman bawah. Sifat api permukaan cepat merambat, nyalanya besar dan panas, namun cepat padam. Dalam kenyataannya semua tipe kebakaran berasal dari api permukaan.
2.      Api Tajuk atau Kebakaran Tajuk yaitu kebakaran yang membakar seluruh tajuk tanaman pokok terutama pada jenis-jenis hutan yang daunnya mudah terbakar. Apabila tajuk hutan cukup rapat, maka api yang terjadi cepat merambat dari satu tajuk ke tajuk yang lain. Hal ini tidak terjadi apabila tajuk-tajuk pohon penyusun tidak saling bersentuhan.
3.      Api Tanah adalah api yang membakar lapisan organik yang dibawah lantai hutan. Oleh karena sedikit udara dan bahan organik ini, kebakaran yang terjadi tidak ditandai dengan adanya nyala api. Penyebaran api juga sangat lambat, bahan api tertahan dalam waktu yang lama pada suatu tempat

2.6  Kebakaran dan Pembakaran
Kebakaran dan pembakaran merupakan sebuah kata dengan kata dasar yang sama tetapi mempunyai makna yang berbeda. Kebakaran indentik dengan kejadian yang tidak disengaja sedangkan pembakaran identik dengan kejadian yang sengaja diinginkan tetapi tindakan pembakaran dapat juga menimbulkan terjadinya suatu kebakaran. Penggunaan istilah kebakaran hutan dengan pembakaran terkendali merupakan suatu istilah yang berbeda. Penggunaan istilah ini sering kali mengakibatkan timbulnya persepsi yang salah terhadap dampak yang ditimbulkannya.
Kebakaran-kebakaran yang sering terjadi digeneralisasi sebagai kebakaran hutan, padahal sebagian besar (99,9%) kebakaran tersebut adalah pembakaran yang sengaja dilakukan maupun akibat kelalaian, baik oleh peladang berpindah ataupun oleh pelaku binis kehutanan atau perkebunan, sedangkan sisanya (0,1%) adalah karena alam (petir, larva gunung berapi). Saharjo (1999) menyatakan bahwa baik di areal HTI, hutan alam dan perladangan berpindah dapat dikatakan bahwa 99% penyebab kebakaran hutan di Indonesia adalah berasal dari ulah manusia, entah itu sengaja dibakar atau karena api lompat yang terjadi akibat kelalaian pada saat penyiapan lahan. Bahan bakar dan api merupakan faktor penting untuk mempersiapkan lahan pertanian dan perkebunan (Saharjo, 1999). Pembakaran selain dianggap mudah dan murah juga menghasilkan bahan mineral yang siap diserap oleh tumbuhan. Banyaknya jumlah bahan bakar yang dibakar di atas lahan akhirnya akan menyebabkan asap tebal dan kerusakan lingkungan yang luas. Untuk itu, agar dampak lingkungan yang ditimbulkannya kecil, maka penggunaan api dan bahan bakar pada penyiapan lahan haruslah diatur secara cermat dan hati-hati. Untuk menyelesaikan masalah ini maka manajemen penanggulangan bahaya kebakaran harus berdasarkan hasil penelitian dan tidak lagi hanya mengandalkan dari terjemahan textbook atau pengalaman dari negara lain tanpa menyesuaikan dengan keadaan lahan di Indonesia (Saharjo, 2000).















BAB III

Beberapa Kasus Kebakaran Hutan yang Terjadi Didunia

Kebakaran Hutan di Riau
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kembali menangkap seorang petani saat membersihkan lahan dengan cara membakar di Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Penangkapan dilakukan saat BNPB melakukan patroli.
“Kejadiannya beberapa hari lalu saat tim melakukan patroli udara dan darat,” kata Humas BNPB Agus Wibowo di Pekanbaru, Minggu (21/7) seperti dikutip Antara.
Dia menjelaskan, pelaku yang teriindikasi sebagai petani pemilik lahan di Kabupaten Siak ini diamankan oleh tim pemantau yang terdiri atas pasukan Tentara Nasional Indonesia (TNI), masyarakat dan Polri.
“Sampai saat ini patroli masih terus berjalan dengan dikoordinir Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau,” katanya
Dengan tertangkapnya seorang pelaku pembakar hutan ini, maka total jumlah pembakar lahan perorangan ada sebanyak 25 orang. Saat ini Polda Riau juga tengah melakukan penyelidikan terhadap 12 kasus dan 5 kasus penyidikan dengan tersangka 24 orang dan satu korporasi.
Sebanyak 24 tersangka tersebut merupakan pelaku pembakar hutan maupun individu yang memang ingin memperluas lahan dengan menyuruh membakar hutan.
Hingga saat ini dilaporkan situasi di Riau semakin kondusif meskipun pada peristiwa pembakaran hutan tersebut dua orang dicatat meninggal yang mana satu orang bahkan turut terbakar.
Sementara untuk kasus pembakaran hutan yang melibatkan perusahaan perkebunan di Provinsi Riau masih ‘menggantung’. Sejauh ini Polda Riau belum juga menetapkan tersangka pada kasus yang terindikasi melibatkan sebuah perusahaan perkebunan, PT Adei Plantation (AP). Untuk memperkuat dugaan itu, Polda Riau berencana mengambil keterangan saksi ahli.
Saksi ahli yang rencana didatangkan ada beberapa, di mana menurut informasi kepolisian saksi tersebut dari pihak Kementerian Lingkungan Hidup dan akademisi.
Polda Riau sebelumnya juga telah memeriksa sebanyak 16 saksi dari kalangan karyawan dan pejabat perusahaan diduga pembakar lahan.



















BAB IV
Akibat Kabut Asap, Penderita ISPA di Riau Meningkat
Kabut asap yang mendera Riau dalam sebulan terakhir mulai menunjukkan dampak pada kesehatan manusia. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Riau dari 1 sampai 9 Juli 2015, sebanyak 757 warga Riau terserang penyakit infeksi saluran pernapasan akut dan 26 orang mengalami pnemonia atau infeksi/peradangan paru-paru.
Kebakaran meluas hingga lebih dari 50 hektar di lahan gambut masyarakat yang berbatasan dengan kebun sawit PT Agro Tumbuh Gemilang Abadi di Desa Koto Kandis, Kecamatan Dendang, Tanjung Jabung Timur, Jambi, Senin (2/6). Diperlukan penanganan cepat dan terpadu agar kebakaran yang telah berlangsung sebulan itu tidak semakin parah.KOMPAS/IRMA TAMBUNANKebakaran meluas hingga lebih dari 50 hektar di lahan gambut masyarakat yang berbatasan dengan kebun sawit PT Agro Tumbuh Gemilang Abadi di Desa Koto Kandis, Kecamatan Dendang, Tanjung Jabung Timur, Jambi, Senin (2/6). Diperlukan penanganan cepat dan terpadu agar kebakaran yang telah berlangsung sebulan itu tidak semakin parah.
"Semakin tebal kabut asap di Riau, semakin meningkat pula penderita penyakit, seperti ISPA (infeksi saluran pernapasan akut). Tanggal 8 Juli, penderita ISPA masih berjumlah 560 orang, tetapi sehari kemudian sudah mencapai 757 orang. Ada peningkatan jumlah penderita ISPA mencapai 200 orang dalam sehari," ujar Andra Sjafril, Kepala Dinas Kesehatan Riau, di Pekanbaru, Sabtu (11/7).
Terkait data itu, Dinas Kesehatan Riau terus mengimbau semua warga Riau, terutama di daerah yang terpapar asap, untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan. Apabila terpaksa di luar ruang, warga diminta menggunakan masker.
Sabtu pagi, udara Kota Pekanbaru sedikit lebih baik dibandingkan dengan kemarin. Sinar matahari sangat cerah dan langit masih terlihat biru. Meski demikian, asap tipis masih menggelayut di angkasa. Sekitar pukul 06.00, wilayah Panam, Kota Pekanbaru, diselimuti asap cukup tebal. Jarak pandang turun sampai 1.000 meter.
Angka pencatat indeks standar pencemaran udara (ISPU) pun belum berubah, masih dalam kategori tidak sehat. Daerah Panam adalah wilayah yang memiliki ISPU tertinggi 153 (tidak sehat). Adapun pantauan alat ISPU di sebagian wilayah Duri, Dumai, dan Bangko Rokan Hilir menunjukkan kisaran angka sedang.
Pantauan satelit, menurut Kepala Stasiun Meteorologi Pekanbaru Sugarin, menunjukkan penurunan titik panas sangat signifikan. Jika pada Jumat pagi terdapat 192 titik panas, Sabtu pagi hanya ada enam titik yang seluruhnya terpantau di Rokan Hilir.
Meski demikian, pantauan satelit itu tidak dapat dijadikan patokan. Dari Pelalawan dilaporkan, kebakaran di area Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) dan Kecamatan Kerumutan masih belum dapat dikendalikan. Hal itu karena medan sulit dan tidak terdapat sumber air di lokasi kebakaran.
Dari pantauan satelit, Jumat, yang dipadukan dengan koordinat pada peta, pola kebakaran di TNTN tersebar dari utara ke selatan di lima lokasi, terutama di Kecamatan Pangkalan Kuras dan Ukui. Ada 38 titik api dengan tingkat kepercayaan di atas 70 persen sampai 100 persen.
Kondisi kebakaran di TNTN dibenarkan oleh Almei Hendra dari tim pemadam kebakaran PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) seusai melakukan patroli udara di sekitar TNTN. Menurut Almei, kebakaran yang terjadi di koordinat S 00 12 55.9 dan E 101 54 28.4 diperkirakan sudah mencapai 200 hektar.
"Wilayah yang terbakar itu merupakan perbatasan antara TNTN dan konsesi PT RAPP. Kami sudah melaporkan perihal kebakaran itu kepada petugas TNTN. Untuk mencegah kerusakan lebih besar, kami sudah menurunkan satu helikopter jenis Eurocopter untuk water bombing di lokasi. Dari jalur darat, kami juga sudah menerjunkan 20 petugas pemadam kebakaran untuk membantu," kata Almei.
Titik panas berkurang
Di Kalimantan Tengah, jumlah titik panas berdasarkan pantauan citra satelit NOAA 18 berkurang dalam dua hari terakhir. Pada Kamis dan Jumat hanya terpantau dua titik panas. Padahal pada Selasa dan Rabu ada 53 titik panas. Meski demikian, warga masyarakat diimbau untuk tetap tidak membakar lahan karena berpotensi mengakibatkan kabut asap.
"Kemarin terjadi hujan ringan di beberapa tempat. Ini sedikit berpangaruh pada jumlah hotspot yang muncul," kata Prakirawan Stasiun Meteorologi Palangkaraya Chandra Mukti Wijaya, Sabtu (11/7) di Palangkaraya.
Hujan turun di wilayah Pangkoh, Kabupaten Pulang Pisau dan Kuala Kapuas, Kabupaten Kapuas. Hari ini dan besok hujan ringan diperkirakan masih turun di wilayah Nangabulik (Lamandau), Sukamara, Buntok (Barito Selatan), dan Muara Teweh (Barito Utara).
Meski hujan ringan masih turun, fenomena asap sudah mulai tampak di wilayah Palangkaraya. "Asap tampak dan terasa pada pagi hari. Biasanya visibiliti di pagi hari bisa mencapai di atas 7 km, tapi hari ini pada pukul 06.00-07.00 hanya 4-5 km," kata Chandra.
Lahan gambut  yang jauh dari permukiman warga terbakar dan terus-menerus mengepulkan asap, Rabu (8/7), di Kelurahan Kalampangan, Kecamatan Sebangau, Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Lahan itu berada di sekitar Jalan Mahir Mahar Kilometer 13.Seorang warga berusaha memadamkan api yang membakar lahan gambut dan terus-menerus mengepulkan asap, Jumat (3/7), di Kelurahan Kalampangan, Kecamatan Sebangau, Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Dikhawatirkan api meluas dan merambat ke pekarangan. Badan penanggulangan bencana daerah dan perangkat kelurahan setempat terkendala dana dan  peralatan pemadam kebakaran yang rusak.
KOMPAS/MEGANDIKAWICAKSONO
Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Palangkaraya BKSDA Kalimantan Tengah Yusuf Trismanto mengimbau warga agar tidak membakar lahan karena sudah memasuki musim kemarau. "Saat ini memang di sungai dan kanal masih berair dan membasahi lahan, tetapi warga diimbau jangan membakar lahan karena sudah mulai kemarau," kata Yusuf.

Pembalakan dalam hutan
Saat memantau kebakaran lahan di Jambi melalui udara, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya kaget mendapati pencurian kayu marak di salah satu kawasan hutan negara. Siti langsung menginstruksikan aparat daerah segera menggelar operasi di lokasi pembalakan tersebut.
Temuan itu dikemukakan Siti usai memantau kebakaran lahan di Jambi. "Pembalakan itu kami temukan dalam hutan negara. Kayu-kayu hasil curian dibawa keluar lewat jalur sungai," ujarnya.
Selain itu, pihaknya juga mendapati kebakaran lahan masih tersebar di sejumlah lokasi, antara lain ekosistem konservasi anggrek alam Hutan Pematang Damar, area kebun masyarakat di sekitar ekosistem Taman Nasional Berbak, serta perkebunan sawit Desa Gambut Jaya, Kecamatan Sungai Gelam.
Terkait temuan tersebut, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jambi Irmansyah mengatakan akan segera menggelar operasi penanggulangan pembalakan liar. Lokasi hutan negara yang dimaksud diindikasikan dalam area konsesi PT Pesona Belantara di Kabupaten Muaro Jambi.
Menurut dia, modus pencurian kayu lewat jalur air di wilayah itu sudah lama berlangsung. Pihaknya juga pernah menggelar operasi di sana, namun operasi keral terbongkar lebih dulu. "Sehingga hasil temuannya nihil," ujarnya.
(MEGANDIKA WICAKSONO/IRMA TAMBUNAN)





DAFTAR PUSTAKA
http://print.kompas.com/baca/2015/07/11/Akibat-Kabut-Asap%2c-Penderita-ISPA-di-Riau-Meningka


























Tidak ada komentar:

Posting Komentar