KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN RAYA
LENTENG AGUNG
Jalan
Lenteng Agung Jakarta Selatan, terbagi menjadi jalan Lenteng Agung Barat dan
jalan Lenteng Agung Timur, merupakan jalan kolektor primer yang menghubungkan
antara Kota Jakarta dengan Kota Depok dan sekitarnya. Pergerakan kendaraan dan
pejalan kaki di kawasan tersebut baik lokal maupun regional sehingga sering
menimbulkan kemacetan dan kendaraan yang mengakibatkan bertambahnya waktu
tempuh kendaraan terutama pada pada saat hari kerja. Untuk menemukan penyebab
kemacetan yang terjadi di jalan Lenteng Agung dilakukan dengan pengamatan
langsung terhadap lokasi kemacetan,sehingga diperoleh data arus kendaraan ,waktu arus kendaraan
puncak / terbesar, dan kecepatan perjalanan kendaraan baik pada saat kondisi
normal maupun kondisi macet. Penyebab kemacetan yang terjadi tersebut yaitu
aktivitas pejalan kaki / penyebrang jalan yang cukup banyak, perilaku pengemudi
angkutan kota, banyaknya kendaraan dan juga persimpangan jalanserta minimnya
rambu. Berdasarkan penyebab utama yang ditemukan di setiap ruas ini maka perlu
dilakukan arahan rekomendasi upaya penanganan prioritas di ruas-ruas tersebut
dengan melalui pengelolaan lalu lintas agar mengurangi permasalahan kemacetan
tersebut yaitu perbaikan fasilitas lalu lintas yang ada untuk pejalan kaki
sehingga dapat berfungsi dengan baik kembali, penambahan fasilitas pejalan kaki
seperti Jembatan Penyebrangan Orang (JPO) dan juga mengubah sistem arus lalu
lintas kendaraan diharapkan. Dengan rekomendasi tersebut, diharapkan kecepatan
perjalanan yang melewati jalan Lenteng Agung pada waktu arus puncak dapat
meningkat.
Masalah
kemacetan lalu lintas seringkali terjadi pada kawasan yang mempunyai intensitas
kegiatan dan penggunaan lahan yang tinggi. Selain itu, kemacetan lalu lintas
terjadi karena volume lalu lintas tinggi yang disebabkan bercampurnya lalu
lintas menerus (through traffic), lalu lintas regional dan lokal. Bilamana
sifat kemacetan lalu lintas tersebut merupakan suatu kejadian yang rutin,
akibatnya bukan saja akan mempengaruhi inefisiensi penggunaan sumber daya,
tetapi juga dapat mengganggu kegiatan di lingkungan yang ada. Selain itu,
berdampak luas pula terhadap kelancaran kegiatan sosial ekonomi kota. Demikian
juga yang terjadi di jalan Lenteng Agung yang menghubungkan antara Kota Depok
dengan Kota Jakarta hampir setiap hari kerja maka ruas jalan ini selalu terjadi
kemacetan lalu lintas. Jalan Lenteng Agung terbagi menjadi dua, yaitu jalan
Lenteng Agung Barat dan jalan Lenteng Agung Timur. Panjang ruas jalan Lenteng
Agung secara keseluruhan 4900 meter dengan lebar 18 meter dan tipe jalan enam-lajur dua-arah
terbagi (6/2 UD). Kemacetan lalu lintas yang terjadi di jalan Lenteng Agung
merupakan masalah yang harus segera ditangani agar dampak yang ditimbulkannya
tidak merusak dan merugikan masyarakat sekitarnya. Usaha-usaha untuk mencegah
dan mengurangi terjadinya kemacetan lalu lintas harus segera dilakukan.
I.
PENYEBAB KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN LENTENG AGUNG
Penyebab
kemacetan yang sering terjadi di jalan Lenteng Agung, baik itu jalan Lenteng
Agung Barat maupun jalan Lenteng Agung Timur adalah sebagai berikut :
·
Aktivitas
pejalan kaki / penyebrang jalan
Aktivitas pejalan kaki / penyeberang jalan
yang ada di jalan Lenteng Agung cukup banyak. Rata – rata waktu tempuh bagi
pejalan kaki untuk menyeberang dengan lebar ruas jalan 9 m adalah 1,25 m/detik (pemilihan pejalan kaki yang
menyeberangi ruas jalan Lenteng Agung dilakukan secara random. Selain itu, fasilitas
yang ada untuk pejalan kaki masih kurang. Walaupun jumlah zebracross yang ada
berjumlah 16 buah, tetapi keberadaan
zebracross tersebut tidak
terawat. Sehingga fungsi zebracross
tersebut tidak berjalan dengan baik sebagai sarana penyeberang jalan. Sedangkan
Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) yang ada juga sangat kurang untuk memenuhi
aktivitas penyeberang jalan. JPO yang ada hanya 2, yaitu terletak di dekat
halte Universitas Indonesia dan dekat Stasiun Universitas Pancasila, dan
kondisi kedua JPO tidak terawat dengan baik. Kemudian, kesadaran dari pejalan
kaki dalam memenuhi peraturan yang berlaku juga minim seperti menyebrang bukan
pada tempatnya (seperti JPO atau
zebracross) . Hal ini juga didukung dari hasil jajak pendapat terhadap
pengguna jalan Lenteng Agung bahwa aktivitas pejalan kaki / penyeberang jalan
ini menjadi penyebab kemacetan terbesar yaitu dengan nilai 36,47 %. Berdasarkan
hasil pengamatan adanya aktivitas pejalan kaki ini juga menyebabkan terjadinya
waktu hambatan sebesar 5 – 15 detik/kendaraan dan kecepatan rata-rata kendaraan
menjadi 5 – 10 km/jam.
·
Perilaku
pengemudi angkutan kota
Angkutan
kota atau angkot adalah salah satu moda transportasi yang sering digunakan oleh
masyarakat Indonesia. Tetapi angkot juga sering menjadi penyebab kemacetan yang
terjadi, karena sering berhenti mendadak
untuk menurunkan penumpang dan juga berhenti / ngetem pada tempat yang
dilarang. Demikian juga yang terjadi di jalan Lenteng Agung bahwa perilaku
angkot yang tidak sesuai aturan menjadi salah satu penyebab kemacetan yang
terjadi. Dari hasil jajak pendapat
terhadap pengguna jalan Lenteng Agung bahwa perilaku angkutan kota ini
menjadi penyebab kemacetan kedua yaitu dengan nilai 31,76 %. Berdasarkan hasil
pengamatan perilaku angkot ini juga menyebabkan terjadinya waktu hambatan
sebesar 5 – 20 detik/kendaraan dan kecepatan rata-rata
kendaraan menjadi 5 – 10 km/jam.
·
Banyaknya
kendaraan
Arus
kendaraan yang melewati jalan Lenteng Agung cukup banyak. . Banyaknya kendaraan
yang melewati jalan Lenteng Agung karena jalan ini adalah salah satu jalan
penghubung antara Kota Jakarta dengan Kota Depok dan sekitarnya. Hal ini juga
didukung dari hasil jajak pendapat terhadap pengguna jalan Lenteng Agung bahwa
banyaknya kendaraan ini menjadi penyebab kemacetan ketiga yaitu dengan nilai
24,71 %.
·
Persimpangan
jalan
Persimpangan
adalah pertemuan atau percabangan jalan, baik sebidang maupun yang tidak
sebidang (Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu
lintas jalan). Persimpangan jalan
pertama yang menjadi penyebab macet di jalan Lenteng Agung adalah Persimpangan
Moh. Kafi 2, yaitu persimpangan tersebut adalah pertemuan antara jalan Lenteng Agung Barat dengan jalan Moh.
Kafi 2. Selain itu, tidak jauh dari persimpangan tersebut terdapat persimpangan
jalan yang menuju ke arah jalan Jagakarsa. Sehingga kendaraan dari jalan Moh.
Kafi 2 yang akan menuju ke jalan Lenteng Agung Barat akan terhambat oleh
kendaraan dari Jalan Jagakarsa menuju ke Jalan Lenteng Agung Barat. Hal ini
juga diperparah oleh perilaku angkot yang sering berhenti di persimpangan
tersebut. Persimpangan jalan kedua yang menjadi penyebab kemacetan di jalan
Lenteng Agung adalah Persimpangan Kampus Universitas Indonesia yaitu
persimpangan antara jalan Lenteng Agung Timur dengan jalan yang akan menuju ke
Kampus Universitas Indonesia / Pasar Minggu dan juga jalan yang akan menuju ke
Depok dan Kelapa Dua. Kemacetan pada persimpangan ini terjadi pada malam hari,
karena arus kendaraan dari arah Jakarta yang melalui jalan Lenteng Agung Timur
menuju Depok dan Kelapa Dua lebih banyak dibandingkan dengan arus kendaraan
yang menuju ke arah Kampus Universitas Indonesia / Pasar Minggu. Selain itu,
terdapat jugapersimpangan jalan yang akan menuju Kelapa Dua dari Depok sehingga
terdapat crossing jalan sehingga arus
kendaraan yang menuju ke Depok dari jalan Lenteng Agung Timur terhambat oleh crossing
jalan tersebut. Akibat persimpangan jalan ini juga menyebabkan
terjadinya waktu hambatan sebesar 5 – 10 detik/kendaraan dan kecepatan
rata-rata kendaraan menjadi 5 – 10 km/jam.
II. SOLUSI MENGATASI KEMACETAN LALU
LINTAS DI JALAN
LENTENG AGUNG
Jalan
Lenteng Agung merupakan salah satu jalan yang menghubungkan Kota Jakarta dengan
Kota Depok dan sekitarnya. Setiap hari kerja banyak sekali masyarakat, yang
pergi beraktivitas ke Jakarta maupun Depok dan sekitarnya, melalui jalan ini,
baik menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Kemacetan lalu lintas
yang terjadi di jalan tersebut sangat merugikan masyarakat sekitar dan juga
pengguna jalan tersebut. Oleh karena itu, kemacetan yang terjadi pada jalan
tersebut harus segera diatasi. Berikut adalah beberapa solusi yang dapat
diterapkan untuk mengatasi kemacetan di jalan Lenteng Agung.
·
Meningkatkan
fasilitas untuk pejalan kaki / penyebrang jalan
Salah
satu penyebab kemacetan yang terjadi di jalan Lenteng Agung adalah aktivitas
pejalan kaki / penyebrang jalan. Hal ini dikarenakan fasilitas yang ada untuk
pejalan kaki di jalan tersebut kurang memadai. Sedangkan aktivitas pejalan kaki
di jalan tersebut cukup tinggi, seperti di depan Kampus Universitas Pancasila
dan persimpangan Moh. Kafi 2 di jalan Lenteng Agung Barat, dan juga di depan
Stasiun Lenteng Agung djalan Lenteng Agung Timur. Hal ini dikarenakan di lokasi
tersebut terdapat Stasiun Lenteng Agung dan Stasiun Universitas Pancasila,
sehingga banyak penyebrang jalan yang lalu lintas di lokasi tersebut. Fasilitas
yang ada di jalan Lenteng Agung masih kurang memadai, walaupun sudah terdapat 2
buah Jembatan Penyebrangan Orang (JPO) dan juga 16 buah zebracross
yang dilengkapi rambu peringatan pejalan kaki tetapi kondisi fasilitas
yang ada sudah tidak baik dan tidak terawat. Hal ini dikarenakan karena
perawatan untuk fasilitas tersebut kurang baik. Oleh karena itu, untuk
mengatasi kemacetan yang ada dapat dilakukan dengan cara meningkatkan fasilitas
untuk pejalan kaki / penyebrang jalan. Cara tersebut dapat dilakukan dengan
memperbaiki fasilitas yang sudah ada sehingga dapat berfungsi dengan baik
kembali dan juga dengan menambah fasilitas untuk pejalan kaki, seperti menambah
Jembatan Penyebrangan Orang (JPO).
Aktivitas
pejalan kaki yang terjadi di sekitar Stasiun Lenteng Agung cukup tinggi, tetapi
hal ini tidak disertai dengan fasilitas untuk pejalan kaki yang memadai.
Padahal aktivitas pejalan kaki yang ada diwilayah tersebut sangat mengganggu
aktivitas kendaraan yang melewati wilayah tersebut baik di jalan Lenteng Agung
Barat (persimpangan Moh. Kafi 2) maupun di jalan Lenteng Agung Timur. Fasilitas
JPO adalah solusi yang tepat untuk mengatasi kemacetan yang terjadi yang
disebabkan oleh penyebrang jalan di Stasiun Lenteng Agung. Hal ini juga
berdasarkan hasil survey terhadap pengguna jalan Lenteng Agung yang menunjukkan
rencana pembangunan JPO tersebut menjadi pilihan terbesar (yaitu sebesar 55,77
%) dibandingkan dengan rencana pembangunan traffic sign (sebesar 34,62 %)
maupun pembangunan zebracross (sebesar 9,61 %).
Diharapkan dengan adanya fasilitas JPO di
sekitar Stasiun Lenteng Agung ini dapat mengurangi hambatan yang dialami oleh
pengguna kendaraan. Adanya penambahan fasilitas JPO ini agar waktu hambatan
yang diakibatkan oleh aktivitas pejalan kaki dapat dihilangkan dan kecepatan
rata-rata kendaraan dapat meningkat terutama pada saat tingkat arus kendaraan
tertinggi yaitu pada pukul 06.00 - 08.00 WIB untuk jalan Lenteng Agung Barat
dan pada pukul 18.00 – 20.00 WIB untuk jalan Lenteng Agung Timur
sehingga kendaraan dapat melalui jalan Lenteng Agung dengan kecepatan normal
yaitu 40 – 80 km/jam. Selain itu, juga dapat mempermudah
pejalan kaki untuk bisa menyeberang jalan dengan aman dan nyaman tanpa hambatan
apapun. Dan juga tentunya akan dapat mengurangi tingkat kecelakaan lalulintas.
·
Mengubah
sistem arus lalu lintas kendaraan
Solusi
kedua untuk mengatasi kemacetan di jalan Lenteng Agung adalah dengan mengubah
sistem arus lalu lintas kendaraan yang ada. Perubahan sistem arus lalu lintas
kendaraan terjadi di persimpangan Moh. Kafi 2 di jalan Lenteng Agung Barat dan
di persimpangan Kampus Universitas Indonesia di jalan Lenteng Agung Timur.
III. KESIMPULAN
Titik lokasi kemacetan pada jalan Lenteng
Agung Barat terjadi di ruas jalan antara depan Kampus Universitas Pancasila
sampai dengan persimpangan Moh. Kafi 2, terutama pada saat tingkat arus
terbesar / puncak yaitu pada pukul 06.00 – 08.00 WIB. Sedangkan titik lokasi
kemacetan pada jalan Lenteng Agung Timur terjadi di depan Stasiun Lenteng Agung
dan di persimpangan kampus Universitas Indonesia, terutama pada saat tingkat
arus terbesar / puncak yaitu pada pukul 18.00 – 20.00 WIB. Hal ini dapat dilihat
dari menurunnya kecepatan perjalanan kendaraan yang melalui jalan tersebut.
Penyebab kemacetan yang terjadi di jalan Lenteng Agung, baik jalan Lenteng
Agung Barat dan jalan Lenteng Agung Timur, adalah aktivitas pejalan kaki /
penyebrang jalan, perilaku angkutan kota, banyaknya kendaraan dan persimpangan
jalan. Selain itu, fasilitas yang ada di jalan Lenteng Agung masih kurang
memadai, walaupun sudah terdapat 2 buah Jembatan Penyebrangan Orang (JPO) dan
juga 16 buah zebracross yang dilengkapi rambu peringatan pejalan kaki tetapi
kondisi fasilitas yang ada sudah tidak baik dan tidak terawat. Hal ini dikarenakan karena perawatan untuk
fasilitas tersebut kurang baik. Selain
itu partisipasi dan kesadaran masyarakat sekitar maupun pengguna jalan masih
kurang dalam menaati peraturan lalu lintas yang berlaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar